BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Itik merupakan salah satu
cara alternatif beternak yang tidak bisa di pandang sebelah mata. Selain
telurnya yang mampu di buat menjadi olahan telur asin, dagingnya mampu di buat
menjadi bahan olahan yang banyak di gemari oleh masyarakat.
Namun di balik kenikmatan
olahan itik, banyak sekali proses yang harus di jalani, seperti: budidaya itik,
perawatan itik, panen, hingga pasca panen. Dengan proses beternak itik yang
baik tentunya akan menghasilkan hasil atau kualitas itik yang sangat baik.
Seperti kita ketahui
bersama, bahwa perkembangan Perunggasan sejak awal tahun 2004 telah banyak
didera dengan berbagai cobaan yang banyak mengakibatkan terpuruknya usaha di
bidang Perunggasan, baik itu Peternak Ayam Ras (Ras Petelur/Pedaging), Ayam
Buras maupun Peternak Itik. Dimulai dengan adanya serangan penyakit Unggas yang
terkenal ganas yaitu penyakit Avian Influenza atau yang lebih populer dengan
sebutan penyakit Flu Burung sampai dengan kenaikan harga bahan baku pakan
ternak maupun pakan ternak jadi akibat kenaikan harga. Bahan Bakar Minyak,
kondisi seperti itu dirasa sangat menekan terhadap perkembangan perunggasan
secara menyeluruh.
Pembangunan sub sektor
Peternakan tidak bisa terlepas dari kegiatan Pembangunan Pertanian, karena
Pembangunan sub sektor Peternakan merupakan bagian dari Pembangunan Pertanian,
hal ini sejalan dengan apa yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 11 Juni 2005 tentang Revitalisasi Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan (RPPK) dimana Peternakan termasuk didalamnya. Apabila kita amati
bersama dari kondisi yang telah terjadi dalam Pengembangan Pembangunan
Peternakan fokus yang paling menonjol dan perlu mendapat perhatian serius
adalah komoditas Perunggasan, hal ini disebabkan dengan banyaknya kasus
penyakit AI maupun kenaikan harga pakan serta penurunan minat masyarakat
terhadap budi daya unggas terutama unggas berupa Ayam Buras, malahan tidak
sedikit kasus penyakit AI ini yang menyerang terhadap manusia, sehingga
Pembangunan Perunggasan perlu disikapi dengan arif dan selektif serta harus
bisa menciptakan terobosan alternatif untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan
daging yang berasal dari Unggas.
Dari pengalaman di
lapangan ternyata ada komoditas lain selain ayam ras pedaging yang mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan daging dengan waktu cepat serta kualitas yang
tidak kalah dengan ayam ras pedaging yaitu Unggas Air berupa Itik Peking
(Peking Duck). Dimana Itik Peking mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
produksi daging kurang dari 2 bulan bisa menghasilkan berat badan sekitar 3–3,3
kg, sehingga sudah siap untuk dipotong.Hal ini telah dibuktikan oleh Peternak Kecamatan Junrejo Kota Batu dimana Itik Peking umur 53 hari bisa mencapai berat badan sekitar
3,25 kg.
Dengan melihat kondisi
seperti tersebut diatas kami mencoba membuat tulisan mengenai budi daya Itik
Peking dalam rangka Akselerasi Pembangunan Peternakan Unggas Air untuk
pemenuhan kebutuhan akan daging dalam waktu yang relatif cepat, mudah dan bisa
dikembangkan oleh Masyarakat di Pedesaan.
1.2.Ruang
Lingkup
Itik peking berasal dan
dikembangkan pertama kali di daratan Tientsien, Cina. Itik peking kali pertama
didatangkan dari Cina ke Amerika Serikat pada tahun 1870. Popularitasnya
sebagai itik penghasil daging telah menyebar ke seluruh dunia, baik di belahan
bumi utara maupun selatan, termasuk di daerah tropis. Itik peking memiliki
badan yang lebih kompak di bandingkan dengan beberapa jenis itik lainnya.Dalam
bidang pembibitan, itik peking banyak disilangkan dengan itik jenis lain guna
untuk memperbaiki penampilan keturunannya. Jenis itik yang sering disilangkan
dengan itik peking di antaranya itik alyesbury.
Untuk daerah Indonesia
sendiri, itik ini banyak disilangkan dengan jenis itik kaki Campbell, mojosari
dan jenis itik lainnya. Hasilnya pun tidak perlu diragukan lagi, akan tetapi
perlu usaha penelitian lagi lebih lanjut untuk pengembangannya. Kapasitas
produksi telur itik peking dapat mencapai 110-130 butir/tahun. Jumlah
produksi telur ini termasuk tinggi untuk jenis itik pedaging. Telur itik peking
biasanya juga memiliki daya fertilitas yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
seekor pejantan itik peking mampu mengawini 5-6 ekor betina dengan tingkat
fertilitas yang cukup memadai pula. Itik peking pertama kali bertelur sekitar
umur 6 bulan.
Karkas itik peking
berwarna kuning dan kelihatan sangat menarik. Tekstur dagingnya juga sangat
bagus. Kalau anda pesan menu masakan daging itik di restoran atau hotel
berbintang kebanyakan yang disajikan adalah daging itik peking karena kekhasan
warna, rasa, dan bentuknya. Persilangan dengan itik alyesbury menghasilkan
keturunan dengan tekstur daging yang lebih bagus lagi.
1.3.Maksud
dan Tujuan
Maksud dari pola
pengembangan pemeliharaan Itik Peking ini tiada lain:
1.
Untuk
mencari alternative terobosan dalam rangka mempercepat produksi daging yang
berasal dari Unggas Air (Itik).
2.
Merubah
Pola Usaha Unggas Air (Itik) dari yang Nomaden kearah yang Intensif.
3.
Menjadikan
usaha Unggas Air (Itik) menjadi usaha Pokok Masyarakat.
4.
Menciptakan
peternak yang mandiri dan berkualitas (Peternak Tangguh).
5.
Menyediakan
permintaan pasar terutama permintaan daging Itik yang bekualitas.
Sedangkan tujuan dari budi
daya Itik Peking (Peking Duck) ini antara lain:
1.
Meningkatkan
produksi daging Itik yang berkualitas.
2.
Meningkatkan
pendapatan dari para peternak Itik.
3.
Menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan.
4.
Mengurangi
tingkat pengangguran.
5.
Memperkenalkan
usaha peternakan Itik jenis Pedaging yang bisa menghasilkan daging kualitas prima
dalam waktu relatif singkat.
6.
Disamping
penyediaan daging, juga bisa menghasilkan bulu Itik (Feathers Duck) sebagai
bahan kerajinan seperti Shutle Cok, Jok Kursi, Kamoceng dll.
BAB II
Hasil Kunjungan ke Peternakan Itik Peking
Kunjungan
dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2012, ke suatu peternakan Itik peking yang
terdapat di desa Rejoso, Kec. Junrejo, Kota Batu. Peternakan tersebut milik
Bapak Swastito dengan no. Hp. 08575501988 dan Telp. 5406369. Dari Hasil
kunjungan dan wawancara yang kami lakukan, dapat diperoleh berbagai ilmu yang
sangat berharga dan bermanfaat untuk memperkaya ilmu kita dalam bidang ilmu
peternakan khususnya ternak unggas. Adapun hasil dari kunjungan dan wawancara
yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
a.
Jenis
Itik yang dipelihara dan populasi
Jenis Itik yang dipelihara oleh
bapak Swastito adalah jenis itik peking. Itik peking yang dibudidayakan oleh
bapak swastito yaitu itik peking yang dibudidayakan hingga dewasa dan bertelur.
Telur tersebut digunakan untuk telur tetas. Jumlah itik peking dewasa tersebut
berjumlah 783 ekor, dengan 700 ekor betina dan 83 ekor pejantan. Selain itu Pak
Tito juga memelihara itik peking untuk pedaging. Untuk itik peking pedaging
berjumlah 1000 ekor.
b.
Produksi
Itik peking petelur yang dimiliki bapak swastito di golongkan menjadi 2 umur, yatu umur 2 tahun yang berjumlah 500 ekor dan itik yang berumur 1 tahun berjumlah 200 ekor. Produksi itik peking yang berumur 2 tahun mencapai 300 - 350 butir per hari. Sedangkan untuk itik yang berumur 1 tahun ,produksinya mencapai 80 – 130 butir per hari. Sedangkan untuk itik peking pedaging, masa panen antara 45 -60 hari. Harga per ekor itik adalah Rp. 21.500,- /ekor.
Itik peking petelur yang dimiliki bapak swastito di golongkan menjadi 2 umur, yatu umur 2 tahun yang berjumlah 500 ekor dan itik yang berumur 1 tahun berjumlah 200 ekor. Produksi itik peking yang berumur 2 tahun mencapai 300 - 350 butir per hari. Sedangkan untuk itik yang berumur 1 tahun ,produksinya mencapai 80 – 130 butir per hari. Sedangkan untuk itik peking pedaging, masa panen antara 45 -60 hari. Harga per ekor itik adalah Rp. 21.500,- /ekor.
c.
Sistem
Perkandangan
Sistem perkandangan yang digunakan oleh
bapak Swastito, menerapkan sistem kandang yang efektif. Pada bagian bawah
kandang itik pedaging terdapat kolam lele yang ditutup dengan anyaman bambu
yang memiliki celah teratur. Sehingga kotoran itik peking akan jatuh ke dalam
kolam lele. Dengan demikian, kotoran tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan
lele, tanpa mengalami pengolahan yang rumit. Sehingga diperoleh keuntungan
berganda, yang diperoleh dari itik dan panen lele.
d.
Pakan
yang digunakan
Bapak Swastito menggunakan pakan alternatif
untuk membudiyakan itik peking tersebut, baik petelur maupun pedaging. Untuk
itik peking petelur , bapak Swastito menggunakan ransum pakan yang terdiri dari
tepung roti, bekatul, konsentrat, serta limbah darah dari RPH. Darah yang
diperoleh dari RPH diproses dengan cara merebus darah tersebut dalah kuali
besar selama 8 jam. Kemudian didiamkan selama 1 malam terlebih dahulu, sebelum
dicampur dengan ransum pakan untuk itik peking petelur. Rasio atau perbandingan
bahan pakan untuk ransum adalah 40% darah, 20% bekatul, 30% tepung roti , dan
10 % konsentrat, serta ditambah sedikit mineral.
e.
Sistem
Pemberian Air minum
Sistem
pemberian air minum yang digunakan oleh Bapak swastito menerapkan sistem
pemberian air minum yang mengalir. Jadi terdapat saluran air dari parit menuju
kandang. Sehingga air selalu mengalir dan tersedia pada tempat minum, kemudian
tumpah ke dalam kolam lele. Sehingga kondisi kandang selalu kering serta dapat
mencegah itik dari serangan penyakit.
f.
Sanitasi
Sanitasi dilakukan pada saat, sebelum kandang di pakai untuk budidaya itik peking padaging dan sesudah itik pedaging panen. Sanitasi dilakukan dengan cara memberi desinfektan pada saat, sebelum kandang digunakan untuk budidaya. Serta pada saat paska panen, dengan cara membersihkan sisa-sisa kotoran.
Sanitasi dilakukan pada saat, sebelum kandang di pakai untuk budidaya itik peking padaging dan sesudah itik pedaging panen. Sanitasi dilakukan dengan cara memberi desinfektan pada saat, sebelum kandang digunakan untuk budidaya. Serta pada saat paska panen, dengan cara membersihkan sisa-sisa kotoran.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1.
Sejarah
singkat
Itik peking merupakan
salah satu hewan ternak yang paling banyak di tekuni oleh para peternak di
Indonesia. Itik peking bisa di manfaatkan daging dan telurnya, namun itik
peking lebih banyak di minati dagingnya oleh masyarakat. Oleh karena itu, para
peternak itik memanen ternakannya sebagai daging. Olahan makanan dari daging
itik sangat bervariasi dan cukup mendapat tempat di masyarakat. Selain itu
pertumbuhan itik relatif cepat, sehingga tidak heran bisnis itik ini cukup
prospektif untuk ditekuni.
Sebagai upaya
untuk memaksimalkan budidaya dan bisnis itik ini telah dikembangkan pola
Kemitraan Peternakan Bebek Peking. Itik dikenal juga dengan istilah Bebek
(bahasa Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar
(Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga
jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak
itik).
Secara internasional
ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia,
Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim tropis dan
subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa
(Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai)
dan Bali serta Lombok.
Klasifikasi (penggolongan)
itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff
(Buff Orpington) dan CV 2000-INA
2. Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy,
Cayuga
3. Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India,
Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang
diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik
tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV
2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT
(Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.
Berikut spesifikasi bentuk standar itik peking jantan dan betina
:
1.
Kepala : agak besar dengan crown (pial) yang tinggi, bagian depan crown
tersebut agak terangkat ke atas, seolah-olah terangkat dari rahang atas.
Pipinya tampak penuh dan berisi.
2.
Paruh : relatif pendek tetapi tebal
karena kulmen yang tinggi dan membulat. Warna orange cerah dengan ujung paruh
agak putih.
3.
Mata : tampak liar dan siaga, tetapi
agak terlindung olah alis yang menonjol dan pipi yang berisi, warna mata
kebiruan.
4.
Punggung : sekitar 65% lebih panjang dari
lebarnya, namun demikian tampak agak pendek karena bagian ekor terangkat ke
atas, serta rump (tungging) yang menebal, sedangkan bagian depan punggung rata.
5.
Ekor : terangkat, lebat menyebar, dan
cukup panjang.
6.
Badan : berimbang antara panjang dan
lebar, relatif kekar, berdaging dan penuh. Dada lebar, perut besar dan penuh,
tetapi tidak terjatuh.
7.
Kaki : kuat dan tidak terlalu
panjang, warna merah-orange.
8.
Bulu : lebar dan fluffy terutama pada
bagian posterior, warna putih-krem sampai krem.
9.
Penampilan : antara 35-40° dari garis horizontal,
hidup dan ringan dalam pergerakan.
10. Berat standar : jantan dewasa
4,5 kg dan betina dewasa 4 kg.
Bisnis bebek peking
merupakan peluang bisnis yang cukup potensial bagi masyarakat Indonesia, ada
beberapa hal yang membuat peluang bisnis ini layak dipertimbangkan:
1.
Dari segi
laju pertumbuhannya, ternak itik dapat tumbuh lebih cepat dari ternak ayam,
apalagi itik yang tergolong tipe pedaging seperti itik peking. Pada umur satu
bulan berat itik peking sudah mencapai 1,5kg dan pada umur 2 bulan beratnya
sudah bisa mencapai 3kg, sedangkan untuk ayam potong (broiler) pada umur yang
sama hanya bisa mencapai berat sekitar 1kg dan 2kg.
2.
Ternak
itik diyakini jauh lebih tahan terhadap penyakit jika dibandingkan dengan
ternak ayam. Sekalipun penyakit-penyakit yang menyerang ternak ayam pada
umumnya juga menyerang itik, namun akibat yang diderita oleh itik tidak terlalu
parah. Hal ini terkecuali hanya pada kepekaannya terhadap aflatoxin di mana
itik amat peka terhadap aflatoxin yaitu jamur pada biji-bijian.
3.
Dalam
bentuk usaha peternakan rakyat, peternakan itik dapat diusahakan dengan
memanfaatkan peralatan yang amat sangat sederhana, misalnya perkandangannya
serta alat-alat yang digunakan dalam kandang. Bahkan itik dapat bertahan hidup
di alam terbuka dengan model kandang seperti kemahnya anak pramuka.
4.
Dalam
usaha peternakan itik yang diusahakan secara ekstensif kita dapat memanfaatkan
alam sekitar di mana banyak terdapat sumber-sumber karbohidrat dan protein yang
terbuang sia-sia seperti sisa-sisa panen padi di sawah, cacing, ikan-ikan kecil
di sungai-sungai, dan lain sebagainya. Di samping itu, karena itik memiliki
insting berkelompok (flocking instinct) yang amat kuat, maka ini sangat
membantu dalam hal pengendalian terutama untuk model pemeliharaan yang bersifat
ekstensif (digembalakan).
5.
Kulit
telur itik pada umumnya lebih tebal dibandingkan dengan kulit telur ayam. Ini
mempunyai arti penting dalam hal mengurangi resiko pecah atau retak terutama
dalam penanganan (product handling) dan transportasi. Terlebih untuk usaha
penetasan telur dan pembuatan telur asin.
6.
Pada
umumnya unggas air seperti ternak itik dan yang lainnya jarang atau bahkan bisa dikatakan tidak memiliki sifat kanibal dan agonistik
(berkelahi).
7.
Sisi lain
pemanfaatan limbah terutama bulu, selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan
kasur, bantal, atau pakaian, maka untuk bulu itik jenis tertentu seperti entok
dan yang lainnya dapat dipergunakan sebagai bahan suttle kock. Ini berarti ada
nilai lebih dari limbah yang berasal dari ternak itik.
8.
Jika
dibandingkan dengan telur ayam ras maka telur itik terkesan lebih dihargai
karena telur itik dijual dengan satuan butir/biji sedangkan untuk telur ayam
ras dijual dengan satuan kilogram (kg).
9.
Secara
umum harga produk ternak itik baik untuk komoditi telur atau daging terasa
lebih stabil jika dibandingkan dengan produk ternak ayam.
Sedangkan berdasarkan hasil kunjungan ke
peternakan milik Bapak Swastito, itik peking yang dipelihara memiliki ciri-ciri
: memiliki warna bulu putih, badan lebar dan besar. Paruh berwarna kuning atau
orange, sedangnkan kakinya juga berwarna orange. Itik peking memiliki
pergerakan yang lamban. Bebek peking yang sudah dewasa mempunyai bobot badan sekitar
4,5 kg untuk pejantan dan sekitar 4 kg untuk itik betina.
3.2. Pola
Pengembangan Budidaya Itik Peking (Peking Duck)
1.
Sistem
Pemeliharaan
Untuk menentukan
suatu bentuk usaha terutama dalam usaha ternak itik, maka yang pertama kali
diperhatikan yaitu tujuan usaha, apakah tujuannya untuk menghasilkan daging
konsumsi atau mau menghasilkan bibit supaya untuk langkah selanjutnya bisa
ditentukan sistem pemeliharaan yang akan diambil.
Dalam usaha
perunggasan terutama unggas air (itik) dikenal dengan sistem pemeliharaan,
yaitu:
1.
Sistem
pemeliharaan ekstensif
2.
Sistem
pemeliharaan semi intensif
3.
Sistem
pemeliharaan intensif
Sistem pemeliharaan
ekstensif, di mana pada sistem ini ternak-ternak dipelihara dengan cara di
abur/digembalakan tanpa memperhatikan kandang maupun makanan, karena
ternak-ternak tersebut dilepas di tempat-tempat yang mempunyai sumber pakan
alami misalnya di daerah-daerah persawahan yang baru panen. Pemeliharaan ini
dilaksanakan oleh para peternak yang bersifat tradisional dan modern, kondisi
ini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat bagian utara, karena daerah pantura
ini merupakan daerah persawahan yang cukup luas sehingga menjadi potensi bagi
pengembangan itik dengan sistem ekstensif.
Pemeliharaan dengan
sistem semi intesif, di mana ternak-ternak yang di pelihara sudah memperhatikan
kandang ternak dan diberi makan tetapi sewaktu-waktu dilepas untuk mencari
makan sewaktu ada peluang pada saat panen padi ataupun pada tempat-tempat yang
mempunyai potensi sumber pakan yang alami.
Sedangkan
pemeliharaan yang intensif, ternak-ternak peliharaan selalu di tempatkan
dikandang dan diberi makan secara terus menerus serta sudah memperhatikan
aspek-aspek teknis pemeliharaan ternak secara ilmiah dan sudah menggunakan
teknologi-teknologi yang dianjurkan.
Untuk pemeliharaan
itik peking (peking duck), lebih tepat apabila dilaksanakan dengan sistem
intensif, hal ini disebabkan itik peking (peking duck) merupakan itik ras
pedaging yang mempunyai kemampuan kecepatan pertumbuhan dalam waktu yang
relatif singkat, di mana dalam kurun waktu pemeliharaan kurang dari 2 (dua)
bulan berat badannya sudah bisa mencapai di atas 3 kg dengan kondisi makanan
yang baik dan itik sudah siap dijual sebagai itik pedaging, dengan kualitas
daging yang prima. Dalam usaha budi daya itik peking (peking duck) ini dikenal
beberapa tahapan pemeliharaan, terutama untuk usaha budidaya pembibitan
sedangkan untuk budi daya penggemukan (penghasil daging) hanya dikenal 1 (satu)
tahapan pemeliharaan.
Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan peternak
itik peking. Pada saat ini, peternak lebih banyak menggunakan kandang intensif
untuk budidaya ternak. Kandang intensif tersebut dapat meningkatkan atau
mengoptimalkan produktifitas yang dimiliki ternak. Seperti halnya yang
dilakukukan oleh bapak Swastito. Kandang yang digunakan oleh Bapak swastito
adalah kandang intensif. Pada bagian bawah kandang milik bapak swastito tersebut
terdapat kolam lele, yang memanfaatkan kotoran itik untuk pakan lele tersebut.
Selain itu kandang itik yang dimiliki oleh Bapak Swastito tersebut terbagi
menjadi beberapa flok. Setiap flok (bagian) tersebut dipisah dengan
sekat-sekat. Setiap flok berisi 100 ekor bebek pedaging. Pada setiap terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu tempat untuk tidur, tempat makan dan tempat minum. Pada
bagian tempat tidur dilapisi dengan serbuk gergaji yang cukup tebal, sehingga
dapat menjaga suhu tempat tersebut dan memberikan kenyaman pada itik. Dengan
pembagian tempat makan, minum dan tidur tersebut dapat meningkatkan kebersihan
kandang.
3.3. Tahapan Pemeliharaan Pembibitan
1.
Pemeliharaan
anak (masa starter)
Pemeliharaan
anak/masa starter dimulai pada saat itik peking (peking duck) berumur 1 hari
sampai umur 60 hari, di mana anak-anak itik dipelihara dalam kandang khusus
yaitu untuk kandang anak dengan memakai pemanas/induk buatan dalam rangka
menghangatkan tubuh dari anak itik tersebut, hal ini disebabkan pada umur 1-14
hari anak itik tidak tahan dengan cuaca dingin karena belum dilengkapi dengan
bulu yang sempurna untuk menahan dingin, sehingga perlu adanya bantuan induk
buatan sebagai penghangat tubuh, serta anak itik diberi makan khusus yaitu
pakan anak yang mempunyai kandungan protein sekitar 19-21% kadar protein dan
lebih dikenal dengan pakan “starter”. Setelah umur 14 hari anak itik tersebut
sudah mampu untuk menahan hawa dingin sehingga tidak perlu lagi dibantu dengan
induk buatan (pemanas), di kandang ini bisa dipelihara sampai umur 60 hari bagi
pemeliharaan pembibitan, selanjutnya setelah umur di atas 60 hari dipindahkan
ke kandang masa pertumbuhan (grower). Untuk pemeliharaan anak ini bisa dalam
bentuk postal ataupun menggunakan kandang box, untuk kandang box biasanya dilakukan
pada umur 1-14 hari sedangkan dari umur 15-60 hari dilaksanakan pada kandang
postal karena badan itik sudah mulai besar. Kapasitas kandang pada periode ini
yaitu 10-15 ekor/m2.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara yaang
telah dilakukan dengan Bapak Swastito sebagai peternak itik peking, untuk
pemeliharan itik peking pada masa starter, beliau menggunakan boxs yang terbuat
dari kayu. Boxs tersebut berukuran panjang 2 meter, dengan lebar 1 meter dan
tinggi dari tanah adalah 1,5 meter. Pada box tersebut diberi kawat yang cukup
kuat sebagai dasarnya. Kapasitas box tersebut adalah 100 ekor DOD. Di dalam box
tersebut juga terdapat 2 lampu, yang berfungsing untuk menghangatkan DOD. Itik
(DOD) berada di dalam box sampai umur 14 hari. Setelah itu, itik tersebut
diturunkan ke kandang. Untuk DOD umur 1-14 hari Pak Swastito menggunakan pakan
buatan pabrik 100%. Pakan yang digunakan adalah BR binter buatan perusahaan
pakan ternak Japfa.
2.
Pemeliharaan
masa pertumbuhan (periode grower)
Periode pemeliharaan itik peking pada masa pertumbuhan/masa
grower, perlu diperhatikan ternak yang dipelihara, karena pada masa ini yang
banyak dipelihara adalah itik peking (peking duck) betina sebagai calon bibit
pengganti /replacement stock atau persediaan bibit dan juga itik peking jantan
yang berfungsi sebagai pejantan pengganti. Untuk mempersiapkan peremajaan
bibit, maka perlu dipersiapkan bibit pengganti yang mempunyai kelebihan atau
keunggulan tertentu sebagai bibit pengganti, baik jantan maupun betina dengan
seks rasio 1:4 (1 jantan 4 betina). Pada periode ini itik yang dipelihara
berumur antara 61 hari sampai dengan 150 hari, sedangkan kapasitas kandang pada
masa ini sekitar 6-8 ekor/m2.
Berdasarkan data hasil wawancara yang telah
dilakukan terhadap peternakan itik peking yang dimiliki oleh Bapak Swastito,
untuk pemeliharaan itik peking pada masa grower menggunakan kandang yang
intensif. Pada bagian bawah kandang milik bapak swastito tersebut terdapat
kolam lele, yang memanfaatkan kotoran itik untuk pakan lele tersebut. Selain
itu kandang itik yang dimiliki oleh Bapak Swastito tersebut terbagi menjadi
beberapa flok. Setiap flok (bagian) tersebut dipisah dengan sekat-sekat. Setiap
flok berisi 100 ekor bebek pedaging. Pada setiap terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu tempat untuk tidur, tempat makan dan tempat minum. Pada bagian tempat
tidur dilapisi dengan serbuk gergaji yang cukup tebal, sehingga dapat menjaga
suhu tempat tersebut dan memberikan kenyaman pada itik. Dengan pembagian tempat
makan, minum dan tidur tersebut dapat meningkatkan kebersihan kandang.
Selanjutnya untuk pakan yang digunakan untuk masa grower adalah pakan campuran.
Pakan campuran tersebut terdiri dari 50% tepung roti, 30% bekatul dan 20%
konsentrat (dengan protein 36%).
3.
Pemeliharaan
peking duck layer/periode bertelur
Itik peking/peking duck yang sudah berumur 5 bulan atau lebih
baik jantan maupun betina dikategorikan sebagai itik layer karena pada saat ini
kondisi itik sudah bersiap-siap untuk memproduksi telur, ada yang mulai umur
5,5 bulan atau 6 bulan tetapi secara umum mulai bertelur normal pada umur 6
bulan. Itik-itik tersebut ditempatkan pada kandang khusus, yaitu kandang itik
dewasa, kandang itik ini dilengkapi dengan tempat bertelur serta kandang
umbaran atau lapangan tempat bermain yang dilengkapi dengan kolam/saluran air
yang berfungsi untuk mandi itik dan mendinginkan tubuh pada saat siang hari
dengan seks rasio sekitar 1:4 (1 jantan banding 4 betina). Ternak-ternak ini
berfungsi sebagai bibit penghasil telur yang siap untuk ditetaskan sebagai
sumber DOD (Day Old Duck) yang dipasarkan untuk bakalan pemeliharaan itik
peking. Kapasitas dikandang dewasa sekitar 3-5 ekor/m2.
Penjelasan dari literatur tersebut sedikit
berbeda dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada peternakan itik peking
yang dimiliki oleh Bapak Swastito. Pada peternakan tersebut, beliau menggunakan
rasio seks 1:8 (1 pejantan banding 8 betina). Menurut Beliau, rasio seks
tersebut sangat optimal untuk diterapkan, karena jumlah itik pejantan tidak
terlalu besar dalam kandang tersebut dan jumlah telur yang dibuahi dapat lebih
optimal. Untuk kandang pada masa layer, Bapak Swastito menggunakan kandang
umbaran dengan saluran air atau parit yang terdapat di tengah-tengah kandang
tersebut. Pada bagian bawah kandang dilapisi dengan serbut gergaji yang cukup
tebal. Tunjuan pemberian serbuk gergaji tersebut adalah untuk menjaga
kelembaban udara dan untuk memberikan rasa nyaman pada itik tersebut.
Untuk itik peking pada masa layer/petelur ,
Bapak Swastito menggunakan ransum pakan yang terdiri dari tepung roti, bekatul,
konsentrat, serta limbah darah dari RPH. Darah yang diperoleh dari RPH diproses
dengan cara merebus darah tersebut dalah kuali besar selama 8 jam. Kemudian
didiamkan selama 1 malam terlebih dahulu, sebelum dicampur dengan ransum pakan
untuk itik peking petelur. Rasio atau perbandingan bahan pakan untuk ransum
adalah 40% darah, 20% bekatul, 30% tepung roti , dan 10 % konsentrat, serta
ditambah sedikit mineral.
3.4. Tahapan
Pemeliharaan Penggemukan
Untuk pemeliharaan itik peking/peking duck dengan tujuan
penggemukan hanya dilaksanakan dalam 1 (satu) masa pemeliharaan yaitu dari itik
berumur 1 (satu) hari sampai itik peking tersebut siap dijual. Dengan makanan
dan pemeliharaan yang baik, berat badan itik peking yaitu mencapai sekitar 3,3
kg selama pemeliharaan kurang lebih 55-60 hari yaitu mulai umur 1 hari sampai
umur 55 hari. Pada umumnya itik-itik yang dipelihara untuk tujuan ini adalah
itik peking yang jantan, tetapi yang betinanya pun mempunyai kemampuan yang
sama dengan yang jantan hanya berbeda sedikit saja dalam hal berat.
Kalau kita bandingkan antara waktu pemeliharaan dengan hasil
produksi daging yang dihasilkan antara itik peking/peking duck dengan ayam ras
pedaging akan lebih unggul itik peking, di mana untuk itik peking dengan waktu
pemeliharaan sekitar 53-55 hari bisa menghasilkan daging berat hidup sekitar
3,3 kg, sedangkan untuk ayam ras pedaging dengan jangka waktu pemeliharaan
sekitar 32-35 hari menghasilkan daging berat hidup sekitar 1,2 - 1,5 kg,
sehingga apabila kita bandingkan dengan waktu yang sama maka akan diperoleh
berat daging itik peking melebihi berat dari pada ayam ras pedaging.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara,
diketahui bahwa itik peking pedaging dapat dipanen pada umur 45-60 hari. Bobot
hidup minimal itik peking yang dapat dipanen adalah 1,5 kg.
3.5. Permasalahan Peternak Itik
Dalam
dunia peternakan, permasalahan praktis selalu bermunculan, masalah yang
dihadapi itu terkadang tampak sepele, ringan, dan gampang. Namun tidak jarang
juga masalah yang datang juga tampak besar, rumit, dan bahkan menakutkan.
Dalam
mencari kiat permasalahan khususnya dalam dunia peternakan itik yang memang
belum ada standar yang pasti, Dalam pemeliharaan dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Diantaranya bisa dengan mencoba sendiri, dengan bertanya kepada
peternak yang sudah berpengalaman, dengan bertanya pada para praktisi, dengan
mencari rujukan kepada berbagai media buku peternakan dan media masa tentang
peternakan, dan juga dengan membuka berbagai situs internet yang membahas
tentang seputaran dunia unggas itik.
Dunia
peternakan itik memang sudah lama di kenal oleh masyarakat kita, namun sayang
populasi, produktivitas, dan pertumbuhannya dapat dikatakan masih berjalan
lamban.
Seperti
usaha lainnya, bisnis beternak itik/bebek tidak lepas dari berbagai kendala,
masalah, dan resiko. sejauh ini kendala/masalah yang timbul adalah disebabkan
oleh:
1.
Masalah
genetis bibit yang dibudidayakan. Kurangnya ketersediaan bibit berkualitas (keseragaman induk)
di sebabkan oleh kurangnya pemahaman para breeder (penetasan) tentang
pentingnya faktor genetika hasil tetasannya yang berdampak luas terhadap dunia
perbebekan/itik ini. Contoh kasus : banyaknya jenis itik/bebek petelur yang
produktivitas bertelurnya yang makin lama makin menurun. Kiat untuk memecahkan
masalah tersebut adalah peternak harus mempunyai sumber yang dapat di percaya
untuk mendapatkan bibit bebek/itik petelur ataupun untuk pedagingnya.
2.
Masalah
Standar tata cara pemeliharaan masih menganut sistem tradisional dan semi
intensif, yang belum ada kesepakatan standar nasional yang jelas. Sebab tiap
masing-masing daerah peternakan itik/bebek di Indonesia sekarang ini mempunyai
cara caranya masing-masing untuk memelihara ternaknya. Contoh kasus: dari
setiap sentra peternakan itik/bebek tidak dapat ditemui kesamaan tentang pola
pemeliharaan, sistem perkandangan, pakan, dll.
Kiat
untuk melaksanakan pemeliharaan dengan baik dan benar yang perlu diperhatikan:
a. Pemilihan tempat dan kondisi lingkungan berdasarkan pada jenis
bibit yang akan di ternakan, sistim perkandangan , kualitas dan kuantitas pakan
serta ketersedian air yang cukup.
b. Perencanaan usaha ternak itik/bebek meliputi ukuran unit usaha, segmen
usaha itik/bebek yang dipilih (petelur, pembibitan, pedaging,dll).
c. Perencanaan pembuatan kandang berdasarkan pada tata letak
kandang, ukuran kandang, kepadatan kandang, dan bahan pembuatan kandang.
d. Perencanaan metode beternak itik/bebek berdasarkan pada
pertimbangan biologis dan ekonomis, cara pengelolaan, dan rencana tahunan.
3.
Masalah
Pakan.
Disamping
bebagai masalah diatas masalah lain yang menghadang adalah Pakan. Jika
pemberiannya tidak dilakukan secara tepat dan benar justru akan menimbulkan masalah
baru, sebab masing masing di setiap daerah peternakan jenis dan pola pakannya
berbeda beda. Kiat untuk mengatasinya adalah minimal peternak harus dapat
mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk ternak itik/bebeknya, dan
juga mengetahui kandungan nutrisi bahan yang akan digunakan untuk pakan
itik/bebek pada masa awal pertumbuhan (starter), pertumbuhan (grower) ,petelur
(layer) dan pedagingnya (finisher).
BAB III
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Iti peking merupakan itik pedaging yang mampu mengatasi dan
mampu mengurangi masalah perekonomian masyarakat khususnya dalam bidang
peternakan. Tentu saja dalam perawatannya di butuhkan berbagai aspek yang
mendukung kualitas itik peking tersebut.
Kualitas yang baik akan menentukan harga pada pasaran itik
tersebut. Selain dari bibit yang baik, metode budidaya, tentunya aspek social
juga turut berperan penting dalam beternak itik peking ini.
1.2.Saran
Dengan memperhatikan
permasalahan dan kendala di atas, kami berharap
di masa yang akan datang dunia itik di indonesia ini akan mengalami kemajuan di
berbagai bidang, diantaranya:
1.
Perbaikan genetis terhadap jenis itik/bebek yang diternakan untuk
memperoleh keturunan itik/bebek dengan kriteria tertentu. Meskipun sudah banyak
yang berusaha mengembangkan tetapi hasilnya masih belum banyak dirasakan oleh
kebanyakan peternak.
2.
Perbaikan
metode budidaya itik/bebek.
3.
Perbaikan
Aspek sosial ekonomi dari para peternak dikaitkan dengan usaha dalam dunia
perbebekan/itik ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, S. 2010. Cara Budidaya Ternak Bebek Peking. (http://www.ristek.go.id), diakses 20 Desember
2011.
Roeswandy. 2006. Pemanfaatan Lumpur Sawit Fermentasi
Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Karkas Itik Peking Umur 8 Minggu. Jurnal
Agribisnis Peternakan, 2:62-66.
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan Methyl testosteron untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan Methyl testosteron untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
Saya SEKARANG FULFILL BERHARGA KERUGIAN DARI PINJAMAN I GOT DARI LFDS. Saya ingin membawa ini kepada notis orang ramai tentang bagaimana saya menghubungi LFDS selepas saya kehilangan pekerjaan saya dan ditolak pinjaman oleh bank saya dan kewangan lain institusi kerana skor kredit saya. Saya tidak dapat membayar yuran anak saya. Saya tertinggal di atas bil, kira-kira akan dibuang keluar rumah kerana saya tidak dapat membayar sewa saya. Pada masa ini, anak-anak saya diambil dari saya oleh penjagaan angkat. Kemudian saya berikan untuk mencari dana dalam talian di mana saya kehilangan $ 3,670 yang saya dipinjam dari rakan-rakan yang saya telah merobek oleh dua syarikat pinjaman dalam talian. Sehingga saya membaca tentang: Perkhidmatan Pembiayaan Le_Meridian (lfdsloans@outlook.com / lfdsloans@lemeridianfds.com) di suatu tempat di internet, Masih tidak meyakinkan kerana apa yang saya telah lalui sehingga saudara saya yang seorang paderi juga memberitahu saya mengenai skim pinjaman LFDS yang berterusan pada kadar faedah yang sangat rendah sebanyak 1.9 %% dan terma pembayaran balik yang indah tanpa penalti kerana gagal bayar pembayaran. Saya tidak mempunyai pilihan selain menghubungi mereka yang saya lakukan melalui teks + 1-989-394-3740 dan Encik Benjamin menjawab kembali kepada saya Hari itu adalah hari yang terbaik dan paling hebat dalam hidup saya yang tidak boleh dilupakan apabila saya menerima amaran kredit $ 400,000.00 Jumlah pinjaman kami yang dipohon. Saya menggunakan pinjaman dengan berkesan untuk membayar hutang saya dan memulakan perniagaan dan hari ini saya dan anak-anak saya sangat gembira dan memenuhi. Anda juga dapat menghubungi mereka melalui e-mel: (lfdsloans@outlook.com / lfdsloans@lemeridianfds.com) Helaian WhatsApptext: + 1-989-394-3740 Mengapa saya melakukan ini? Saya melakukan ini untuk menyelamatkan seberapa banyak yang memerlukan pinjaman tidak menjadi mangsa penipuan di internet. Terima kasih dan Tuhan memberkati anda semua, saya Oleksander Artem dari Horizon Park BC, Ukraine.
BalasHapus